Jumat, 12 Agustus 2016

Resensi : Letters To Aubrey





Judul Buku       :Letters to Aubrey
Penulis             : Grace Melia
Penerbit          :Stiletto Book
Tahun Terbit   : Mei 2014
ISBN                 :978-602-7572-27-0
            Congenital Rubella Syndrome merupakan kumpulan kelainan bawaan akibat virus Rubella yan menginfeksi kehamilan seorang perempuan.
            Melalui buku ini, penulis mengajak kita masuk dalam perjalanan yang penuh warna ketika dia membesarkan putrinya yang berkebutuhan khusus-akibat terinfeksi virus rubella. Ada penolakan, kecewa, dan juga letih yang lambat laun menjadi rasa ikhlas dan optimis. Sebagai ketua komunitas Rumah Ramah Rubella, penulis juga membuka wawasan kita tentang TORCH pada umumnya dan rubella pada khususnya. Dia pun menyerukan pesan kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk terus optimis karena mereka tidak berjuang sendirian.
            Semua informasi, pesan, serta rasa cintanya pada sang anak dituangkan dalam bentuk kumpulan surat dengan katakata yang ringan dan penuh makna. Buku ini sarat akan inta seorang ibu pada anaknya. Lewat kumpulan surat ini, penulis ingin putrinya mengerti bahwa ia dicintai dan dibanggakan sebagaimana adanya.
***
            Ada yang pernah mendengar virus Rubella? Saya sendiri baru tahu setelah mengikuti blog mami Ubi Grace Melia mungkin setahun yang lalu. Ya! saya lebih dulu mengenal lewat blog daripada bukunya. Setelah membaca perjalanan ubi lewat blog, barulah saya penasaran dengan kehidupan ubi dan akhirnya membeli buku ini langsung lewat mba Grace Melia.
            Saya mulai penasaran dengan virus Rubella karena memiliki saudara yang juga mengalami hal yang mirip dengan ubi. Hingga akhirnya saya mulai mengerti betapa pentingnya melakukan cek darah dan persiapan lainnya. Mahal memang tapi itu jauh lebih murah dibandingkan biaya pengobatan dan terap-terapi saat anak sudah terkena virus.
            Grace Melia pun berusaha membagikan informasi tentang Virus Rubella dan akhirnya membentuk Rumah Ramah Rubella. Hal ini diharapkan agar masyarakat awam tahu bahwa tentan virus Rubella dan bahayanya bila ibu hamil terinveksi virus ini. Rumah Ramah Rubella menjadi rumah bagi orang tua yang anaknya mengalami Congenital Rubella Syndrome agar tidak merasa sendirian.
            Seperti yang tertulis diatas membaa buku Letters to Aubrey seakan dalam perjalanan yang penuh dengan kesabaran, suka, sedih dan senang. Saya dapat merasakan kebahagian sang penulis saat menanti kehadiaran sang buah hati tapi ada juga perasaan campur aduk saat membaca bagian diagnosa para dokter tentan kesehatan Ubi. Hal yang bertubi-tubi ini membuat saya berpikir tidak adakah perasaan stress atau lelah yang menghnggapi mereka.
            Pertanyaan saya terjawab juga di halaman 110 saat mami dan papi Ubi mungkin menghadapi kelelahan fisik yang teramat sanngat hingga akhirnya sempat berpisah untuk sementara waktu. Bagi saya bagian ini termasuk penting dan wajib dibaca oleh para oran tua yang memiliki anak spesial. Karena dibutuhkan komunikasi yang baik, saling menolong dan membuka kelapangan hati untuk anak tercinta. Bagaimana kelanjutannya baca sendiri yak heheh
            Slah satu bagian yang membuat saya menangis saat Ubi merasakan natal untuk pertama kalinya dan sang pendeta mendoakan Ubi seperti ini :
“Anak ini tidak akan hidup dalam ketakutan. Anak ini tidak akan hidup dalam kekhawatiran. Anak ini tidak akan hidup dalam keputusasaan. Anak ini akan menjadi anak pemberani dalam menghadapi setiap tantangan hidupnya. Anak ini akan menjadi terang dan garam bagi keluarga dan sekitarnya.” (hal 63)
            Saya pun merinding dan menangis apalagi mami dan papi Ubi ya. Pun mudah – mudahan doa yang sama juga buat seluruh anak spesial yang sedang menjadi ladang pahala bagi orang tuanya.
            Semangat oran tua ubi dalam ikhtiar untuk perkembangan tumbuh kembang anaknya memang harus dan wajib di acungi jempol. Seakan tidak mau menyerah begitu saja dan rela meninggalkan pekerjaan dan full mengurus Ubi. Mudah-mudahan ini dapat menjadi contoh bagi kita untuk selalu berikhtiar dengan jalan yang “benar” bukan berpasrah dan menerima takdir.
            Buku Letters to Aubrey ini juga ada sensory play juga lho. Ini bisa banget dipraktekan di rumah oleh pembaca. Bermain dan menghabiskan waktu dengan anak tentu hal yang sangat menyenangkan dan juga dapat mempererat ikatan batin antara orang tua dan anak. Surat Mami dan Papi Ubi di bagian akhir menurut saya itulah inti dari buku ini. Keikhlasan, semangat dan perjuangan orang tua Ubi yang luar biasa.
            Buku ini wajib dibaca oleh para orang tua agar mereka selalu bersyukur dengan amanah yang diberikan oleh Tuhan dan jangan pernah menyerah. Setelah membaa buku ini biasanya saya akan memeluk anak dengan erat. Resensi ini akkan saya akhiri dengan potongan artikel surat kabar Media Indonesia judul artikelnya “Aubrey Tidak Akan Minder”.
“Grace dan Adit tidak pernah menyesal memiliki Aubrey.Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bagi mereka Aubrey adalah anugerah dan berkat Tuhan.”
“Meski Penyakit ini sulit disembuhan, Aubrey kami harapkan bisa tumbuh normal, tidak minder. Kami yakin dia bisakarena Aubrey sudah kami persiapkan dari sekarang, ujar Garce” hal.168 

Tulisan ini diikutsertakan pada Project #31HariBerbagiBacaan
           

           

3 komentar:

  1. Aku jg baru tau pas di blognya mbak Grace. Anak itu istimewa, bagaimanapun dia

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget...anak itu bener-bener istimewa dan sumber kebahagiian bagi keluarganya..

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus