Senin, 17 April 2017

Resensi : Marah yang Bijak




            Penulis             : Bunda Wening
            Judul Buku       : Marah yang Bijak (Panduan Islami menjadi Orang Tua Bijak)
            Penerbit          :Tinta Medina, Solo
            ISBN                 :978-602-9211-77-1

            Berapa sering kita marah terhadap anak? terkadang ada kalanya rasa emosi naik ketika ananda melakukan sesuatu hal yang menurut kita salah, tapi hakikatnya sang ananda sedang belajar sesuatu. Amarah datang padahal belum tentu juga Ananda menjadi paham maksud dari amarah kita. Saya sering banget tuch tiba – tiba suka emosi sendiri kalau melihat Umar melakukan sesuatu hal yang menurut pandangan saya bakalan jadi bahaya buat dia, tapi sebenarnya juga menjadi pelajaran.
            Ternyata setelah membaca buku Marah yang Bijak ini membuat saya menyadari bahwa, amarah adalah hal yang lumrah. Asalkan bisa di kelola dengan bijak. Kita tetap membutuhkan amarah agar, anak tahu bahwa apa yang dia lakukan salah. Tetapi tentu saja amarah yang seperti apa dulu ya.
            Marah yang Bijak ini menyebutkan bahwa seorang Ibu Rumah Tangga sangat wajar bila terkadang merasa lelah dan membutuhkan me time. Berhenti sejenak demi kewarasan berpikiran. Tentu dibutuhkan juga kerja sama dengan ayahanda ya. berilah sedikit waktu kepada sang ibu sekedar rileks, kumpul dengan teman –teman atau melakukan hal kegiatan positif lain.
            Buku ini pun memberikan solusi bagaimana mengelola amarah kita sebelum terjadi dan setelah itu terjadi. Saya ppun mencoba praktek dengan melakukan rileksasi yang ada di buku dan hasilnya lumayan mengurangi rasa ketidaksabaran dalam menghadapi Umar yang sedang aktif – aktifnya.
            Buku ini emmang termasuk buku yang tipis, tapi penuh dengan makna. Seakan kaya “duh kok tau banget ya kelakuanku” hehehe. Tanpa ada menghakimi dan membuat saya mengangguk mengiyakan apa yang di tulis di buku. Ada salah satu hal yang menarik yang di bahas dalam buku ini adalah tentang kasus Anak Mogok Sekolah yaitu tentang fungsi orang tua sebagai konselor.
            Ya menurut Bunda Wening, Orang tua adalah konselor yang terbaik bagi anak. Ketika fungsi itu berjalan dengan baik, Insya Allah tanpa kita suruh pun anak akan dengan senang hati mencari kita dan “curhat” tentang apa yang dia alami. Tentu bukan sesuatu hal yang mudah yak arena kita harus mengerem komentar saat ananda sedang bercerita.
            Duh kalau begini rasanya memang menjadi orang tua harus terus belajar dan belajar. Entah dari buku ataupun seminar – seminar yang banyak sekali diaadakan. Buku Marah yang Bijak ini juga bisa digunakan para orang tua sebagai bahan untuk evaluasi diri dalam mengelola amarahnya. Karena jangan sampai amarah yang kita keluarkan akan terus membekas dalam diri anak sampai dia dewasa kelak.
            Mudah – mudahan resensi singkat ini bisa bermanfaat buat teman – teman sesame orang tua, maupun calon orang tua. yuk terus belajar dan belajar menjadi orang tua yang bijak.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar