Penulis : Bunda Wening
Judul Buku : Marah yang Bijak (Panduan Islami
menjadi Orang Tua Bijak)
Penerbit :Tinta Medina, Solo
ISBN :978-602-9211-77-1
Berapa sering
kita marah terhadap anak? terkadang ada kalanya rasa emosi naik ketika ananda
melakukan sesuatu hal yang menurut kita salah, tapi hakikatnya sang ananda
sedang belajar sesuatu. Amarah datang padahal belum tentu juga Ananda menjadi
paham maksud dari amarah kita. Saya sering banget tuch tiba – tiba suka emosi
sendiri kalau melihat Umar melakukan sesuatu hal yang menurut pandangan saya
bakalan jadi bahaya buat dia, tapi sebenarnya juga menjadi pelajaran.
Ternyata setelah
membaca buku Marah yang Bijak ini membuat saya menyadari bahwa, amarah adalah
hal yang lumrah. Asalkan bisa di kelola dengan bijak. Kita tetap membutuhkan
amarah agar, anak tahu bahwa apa yang dia lakukan salah. Tetapi tentu saja
amarah yang seperti apa dulu ya.
Marah yang
Bijak ini menyebutkan bahwa seorang Ibu Rumah Tangga sangat wajar bila terkadang
merasa lelah dan membutuhkan me time. Berhenti sejenak demi kewarasan
berpikiran. Tentu dibutuhkan juga kerja sama dengan ayahanda ya. berilah
sedikit waktu kepada sang ibu sekedar rileks, kumpul dengan teman –teman atau
melakukan hal kegiatan positif lain.
Buku ini pun
memberikan solusi bagaimana mengelola amarah kita sebelum terjadi dan setelah
itu terjadi. Saya ppun mencoba praktek dengan melakukan rileksasi yang ada di
buku dan hasilnya lumayan mengurangi rasa ketidaksabaran dalam menghadapi Umar
yang sedang aktif – aktifnya.
Buku ini
emmang termasuk buku yang tipis, tapi penuh dengan makna. Seakan kaya “duh kok
tau banget ya kelakuanku” hehehe. Tanpa ada menghakimi dan membuat saya
mengangguk mengiyakan apa yang di tulis di buku. Ada salah satu hal yang
menarik yang di bahas dalam buku ini adalah tentang kasus Anak Mogok Sekolah
yaitu tentang fungsi orang tua sebagai konselor.
Ya menurut
Bunda Wening, Orang tua adalah konselor yang terbaik bagi anak. Ketika fungsi
itu berjalan dengan baik, Insya Allah tanpa kita suruh pun anak akan dengan
senang hati mencari kita dan “curhat” tentang apa yang dia alami. Tentu bukan
sesuatu hal yang mudah yak arena kita harus mengerem komentar saat ananda
sedang bercerita.
Duh kalau
begini rasanya memang menjadi orang tua harus terus belajar dan belajar. Entah dari
buku ataupun seminar – seminar yang banyak sekali diaadakan. Buku Marah yang
Bijak ini juga bisa digunakan para orang tua sebagai bahan untuk evaluasi diri
dalam mengelola amarahnya. Karena jangan sampai amarah yang kita keluarkan akan
terus membekas dalam diri anak sampai dia dewasa kelak.
Mudah –
mudahan resensi singkat ini bisa bermanfaat buat teman – teman sesame orang
tua, maupun calon orang tua. yuk terus belajar dan belajar menjadi orang tua
yang bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar