Judul Buku :Letters
to Aubrey
Penulis :
Grace Melia
Penerbit :Stiletto
Book
Tahun Terbit : Mei
2014
ISBN :978-602-7572-27-0
Congenital Rubella Syndrome merupakan
kumpulan kelainan bawaan akibat virus Rubella yan menginfeksi kehamilan seorang
perempuan.
Melalui buku
ini, penulis mengajak kita masuk dalam perjalanan yang penuh warna ketika dia
membesarkan putrinya yang berkebutuhan khusus-akibat terinfeksi virus rubella.
Ada penolakan, kecewa, dan juga letih yang lambat laun menjadi rasa ikhlas dan
optimis. Sebagai ketua komunitas Rumah Ramah Rubella, penulis juga membuka
wawasan kita tentang TORCH pada umumnya dan rubella pada khususnya. Dia pun
menyerukan pesan kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk
terus optimis karena mereka tidak berjuang sendirian.
Semua
informasi, pesan, serta rasa cintanya pada sang anak dituangkan dalam bentuk
kumpulan surat dengan katakata yang ringan dan penuh makna. Buku ini sarat akan
inta seorang ibu pada anaknya. Lewat kumpulan surat ini, penulis ingin putrinya
mengerti bahwa ia dicintai dan dibanggakan sebagaimana adanya.
***
Ada yang
pernah mendengar virus Rubella? Saya sendiri baru tahu setelah mengikuti blog
mami Ubi Grace Melia mungkin setahun yang lalu. Ya! saya lebih dulu mengenal
lewat blog daripada bukunya. Setelah membaca perjalanan ubi lewat blog, barulah
saya penasaran dengan kehidupan ubi dan akhirnya membeli buku ini langsung
lewat mba Grace Melia.
Saya mulai
penasaran dengan virus Rubella karena memiliki saudara yang juga mengalami hal
yang mirip dengan ubi. Hingga akhirnya saya mulai mengerti betapa pentingnya
melakukan cek darah dan persiapan lainnya. Mahal memang tapi itu jauh lebih
murah dibandingkan biaya pengobatan dan terap-terapi saat anak sudah terkena
virus.
Grace Melia
pun berusaha membagikan informasi tentang Virus Rubella dan akhirnya membentuk
Rumah Ramah Rubella. Hal ini diharapkan agar masyarakat awam tahu bahwa tentan
virus Rubella dan bahayanya bila ibu hamil terinveksi virus ini. Rumah Ramah
Rubella menjadi rumah bagi orang tua yang anaknya mengalami Congenital Rubella
Syndrome agar tidak merasa sendirian.
Seperti yang
tertulis diatas membaa buku Letters to Aubrey seakan dalam perjalanan yang
penuh dengan kesabaran, suka, sedih dan senang. Saya dapat merasakan kebahagian
sang penulis saat menanti kehadiaran sang buah hati tapi ada juga perasaan
campur aduk saat membaca bagian diagnosa para dokter tentan kesehatan Ubi. Hal
yang bertubi-tubi ini membuat saya berpikir tidak adakah perasaan stress atau
lelah yang menghnggapi mereka.
Pertanyaan saya
terjawab juga di halaman 110 saat mami dan papi Ubi mungkin menghadapi
kelelahan fisik yang teramat sanngat hingga akhirnya sempat berpisah untuk
sementara waktu. Bagi saya bagian ini termasuk penting dan wajib dibaca oleh
para oran tua yang memiliki anak spesial. Karena dibutuhkan komunikasi yang
baik, saling menolong dan membuka kelapangan hati untuk anak tercinta. Bagaimana
kelanjutannya baca sendiri yak heheh
Slah satu
bagian yang membuat saya menangis saat Ubi merasakan natal untuk pertama
kalinya dan sang pendeta mendoakan Ubi seperti ini :
“Anak ini tidak akan
hidup dalam ketakutan. Anak ini tidak akan hidup dalam kekhawatiran. Anak ini
tidak akan hidup dalam keputusasaan. Anak ini akan menjadi anak pemberani dalam
menghadapi setiap tantangan hidupnya. Anak ini akan menjadi terang dan garam
bagi keluarga dan sekitarnya.” (hal 63)
Saya pun
merinding dan menangis apalagi mami dan papi Ubi ya. Pun mudah – mudahan doa
yang sama juga buat seluruh anak spesial yang sedang menjadi ladang pahala bagi
orang tuanya.
Semangat oran
tua ubi dalam ikhtiar untuk perkembangan tumbuh kembang anaknya memang harus
dan wajib di acungi jempol. Seakan tidak mau menyerah begitu saja dan rela
meninggalkan pekerjaan dan full mengurus Ubi. Mudah-mudahan ini dapat menjadi
contoh bagi kita untuk selalu berikhtiar dengan jalan yang “benar” bukan
berpasrah dan menerima takdir.
Buku Letters
to Aubrey ini juga ada sensory play juga lho. Ini bisa banget dipraktekan di
rumah oleh pembaca. Bermain dan menghabiskan waktu dengan anak tentu hal yang
sangat menyenangkan dan juga dapat mempererat ikatan batin antara orang tua dan
anak. Surat Mami dan Papi Ubi di bagian akhir menurut saya itulah inti dari buku ini. Keikhlasan, semangat dan perjuangan orang tua Ubi yang luar biasa.
Buku ini
wajib dibaca oleh para orang tua agar mereka selalu bersyukur dengan amanah
yang diberikan oleh Tuhan dan jangan pernah menyerah. Setelah membaa buku ini
biasanya saya akan memeluk anak dengan erat. Resensi ini akkan saya akhiri
dengan potongan artikel surat kabar Media Indonesia judul artikelnya “Aubrey Tidak Akan Minder”.
“Grace dan Adit tidak
pernah menyesal memiliki Aubrey.Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bagi
mereka Aubrey adalah anugerah dan berkat Tuhan.”
“Meski Penyakit ini
sulit disembuhan, Aubrey kami harapkan bisa tumbuh normal, tidak minder. Kami
yakin dia bisakarena Aubrey sudah kami persiapkan dari sekarang, ujar Garce”
hal.168
Tulisan ini diikutsertakan pada Project #31HariBerbagiBacaan
Aku jg baru tau pas di blognya mbak Grace. Anak itu istimewa, bagaimanapun dia
BalasHapusbener banget...anak itu bener-bener istimewa dan sumber kebahagiian bagi keluarganya..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus