
Judul Buku : Frankfurt to Jakarta (Janji, kenangan, dan takdir)
Penulis : Leyla Hana dan Annisah Rasbell
Tebal Buku : 320 halaman
Terbit : Juni 2013
Penerbit :Edu Penguin
Di Frankfurt, Jerman, Rianda Setyaningrum menjalin cinta
dengan Fedi Prabowo. Fedi bahkan menjanjikan hubungan mereka akan sampai ke
jenjang pernikahan. Namun, kabar buruk justru di terima Rianda setelah Fedi
kenmbali ke Indonesia. Kekasihnya menikahi gadis lain, yang kemudian di ketahui
bernama Andini Yusuf.
Rianda, dalam segenap kekecewaannya, memutuskan untuk menjadi
wanita mandiri. Rianda menjadi wanita pebisnis yang sukses dan terkenal.
Sementara itu, istri Fedi, Andini, justru harus putus kuliah setelah menikah
dengan Fedi dan dikarunia dua anak balita. Andini harus mengubur semua
impiannya menjadi wanita karier.
Dalam sebuah acara, Andini dan Rianda bertemu. Rianda masih
mengingat Andini sebagai wanita yang pernah merebut kekasihnya. Bagaimana ia bisa
lupa? Sosok wanita yang cantik dan lembut itu, pernah membuatnya diserang rasa
iri yang begitu besar, tyerlebih setelah Fedi memilih wanita itu di bandingkan
dirinya. Sementara Andini tak tahu bahwa Rianda adalah mantan kekasih Fedi.
Keduanya berinteraksi, bahkan menjadi sahabat dekat. Di
belakang Andini, Rianda menjalin hubungan lagi dengan Fedi. Bagaimanakan akhir
dari kisah ini? Akankah Rianda dapat bersatu kembali dengan Fedi? Lalu
bagaimanakah kehidupan rumah tangga Fedi dengan Andini? Kisah ini memberikan
banyak inspirasi dan pelajaran hidup yang berharga.
***
Baca novel ini membuat perasaan saya jadi campur aduk. Serius!
Di awal cerita memang agak sedikit membingungkan. Saya pikir ini dua cerita
dalam satu novel. Karena sama sekali tidak ada kaitannya. Sampai akhirnya saya
mulai meraba – raba kemana arah jalan cerita ini. Hupla! Penasaran saya
terjawab di halaman 57! Baca sendiri ya biar ga penasaran hehehe.
saya benar – benar ikut tersenyum saat membaca betapa
romantisnya seorang Fedi kepada Rianda. Dua orang mahasiswa master yang sedang
berada di dinginny Frankfrut. Tapi juga mulai menagis saat Rianda harus
mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Hal yang sempat membuat saya berucap “duh
cowo kok ga gentle banget”. Ikut hancur saat semua harapan Rianda kandas oleh
Fedi. Pengorbanan Rianda yang terbang jauh – jauh dari Jerman ke Indonesia.
Saya pun kembali tersenyum melihat kebahagiian keluarga kecil
Fedi dengan Andini. Keluarga yang rasanya di harapkan oleh semua perempuan. Menikah
dengan lelaki yang sempurna. Tersenyum saat membaca Rianda yang mulai move on
dan menjadi wanita yang mandiri dan membuat perempuan lain merasa iri karena
keberhasilannya.
Tapi saya pun di buat geram oleh sifat Fedi yang mulai dictator
untuk menutupi perbuatannya yang mengkhianati Andini. Atau merasa gemes betapa
Andini begitu lugu. Atau marah betapa jahatnya Rianda. Kata – katanya yang
bikin makjleb
“Selamat
datang ke duniaku,Andini. Kenalkan, aku Rianda. Dan aku mencintai suami kamu”
Saya sendiri selalu berusaha mengambil nafas setiap selelsai
membaca satu bab. Berusaha untuk menjadi detektif dengan membuat dugaan cerita
di setiap bab. Bahkan rasanya tidak sabar untuk membaca akhir dari novel ini. Bukan
karena bosan karena saking penasarannya.
Walaupun endingnya di luar dugaan tapi mungkin ending seperti
itu yang paling bijaksana. Jujur saya jadi belajar banyak bagaimana ibu rumah
tangga pada Andini dan wanita yang mandiri pada Rianda.
“Cinta yang ada pada mereka, berjalan bersama waktu. Memang tak ada cinta
yang sempurna, tapi setidaknya mereka bisa belajar…pernikahan bukanlah meniti
cinta untuk setahun dua tahun…sebab, janji pernikahan semestinya abadi, sampai
maut memisahkan. Menikah di depan Tuhan, mengikat janji di depan Tuhan,
haruskah berakhir oleh ego sesaat”
Frankfurt to Jakarta (Janji, kenangan, dan takdir)