Senin, 27 Maret 2017

Resensi : Drama Rumah Tangga




            Judul Buku       : Drama Rumah Tangga (catatan Ringan Seorang Ibu)
            Penulis             : Wulan Darmanto
            Penerbit           : Kinimedia
            Tahun Terbit     : November 2016
            ISBN                 : 978-602-602-680-4
            Rumah tangga, tak lain dari sebuah drama pementasan. Punya lakon yang bergulir antara tawa dan derita. Tak pernah ada rumus pasti guna menentukan kelanggengan pernikahan. Tapi akan slelau ada jalan untuk membuat perjalanannya penuh warna.
            Wulan menuliskan drama itu dengan sangat manis di buku ini. Masih dengan gaya bertuturnya yang santai dan menggelitik, namun kaya makna
            Membuat siapapun Anda tak hanya belajar, namun juga sangat menikmati sebuah pagelaran besar bernama Rumah Tangga.
***
           

 Biasanya membaca buku sebuah pernikahan, saya akan merasa jiper sendiri. merasa bahwa apalah saya ini remeh temeh dibandingkan apa yang tertulis di buku. Terkadang justru membuat saya membandingkan suami dengan suami yang ada di buku. Itulah kenapa saya jarang sekali membaca buku tentang pernikahan. Saya lebih senang “membaca” pengalaman orang lain yang membuat saya bersyukur dengan kehidupan pernikahan yang saya alami.
            Tapi membaca buku ini saya benar- benar merasa sedang merasa bahwa yang ditulis adalah pengalaman saya sendiri. Sangat natural dan tidak terkesan menggurui. Terkadang ada beberapa bab yang dimulai dengan teori, lalu pengalaman penulis dan juga penyelesaian ala penulis. Apa yang mba Wulan tulis ini seakan menjadi pengalaman sebagian besar para perempuan yang sedang mencari kenyamanan dalam berumah tangga.
            Banyak hal yang dibahas disini hubungan dengan keluarga sang suami, ART, Tetangga, Keuangan dan hal – hal yang terkadang tabu untuk di ungkapkan yaitu seks setelah m,emiliki anak. Salah satu hal yang sering menjadikan drama dalam Rumah Tangga adalah sikap perempuan yang ingin menjadi wonder woman. Bisa mengurus segala hal yang pada akhirnya untuk suami dan anak hanya kebagian lelah saja. Kalau memang mampu membayar ART, ada baiknya menggunakan jasa ART. Tentu saja disertai beberapa hal yang harus kita lakukan agar ART betah di rumah. Semuanya dibahas dengan bahasa yang santai dan tanpa menggurui. Selalu saja ada closing statement dalam setiap bab yang dibasah. Kalau BAb ART closing statemen yang saya tangkap adalah ART tetaplah manusia biasa yang punya rasa lelah dan juga privacy, jadi saling menghargai dan mengerti hak kewajiban.
            Kapan terakhir kali memuji pasangan? Pertanyaan ini mulai timbul saat buku ini membahas “Nikmatnya Saling Memuji”. Hal yang sekali lagi sepele tapi terkadang sulit dan bahkan terlupa untuk melakukannya. Padahal sudah jadi fitrah bila manusia senang saat ada orang lain memuji dirinya sendiri. Begitu juga dengan pasangan kita yang pastinya akan merasa senang dengan pujian hal yang dia lakukan. Banyak hal yang bisa dipuji dari pasangan misalkan istri yang sudah capek – capek memasak tak ada salahnya di puji. Suami yang cekatan dalam membetulkan sesuatu tak ada salahnya memuji sedikit. Atau saat permainan di ranjang usai pun pujian akan merekatkan cinta kembali cieehh (ini asli bahasa saya). Saya pun mulai belajar dengan memuji. Karena tentu bila mood pasangan bagus maka apa yang dibicarakan ke depan menjadi enak.
            Banyak hal lain yang bisa dipelajari dari buku ini. Rasanya para single woman yang memnanti jodohnya datang wajib baca buku ini. Agar tahu bahwa Rumah Tangga bukanlah sesuatu hal yang harus dipamerkan dan seindah sinetron atau seindah pernikahan puclic figure. Tapi Rumah Tangga adalah tempat kita belajar dan mulai dari nol dalam memahami pasangan dan berkomitmen melahirkan generasi yang Berkualitas.

1 komentar:

  1. Makasih referensi bacaannya mba'e. Kebetulan eike baru berumah tangga nih, mungkin ini buku bisa memberi wawasan :-)
    Investasi Aman | Misteri keberadaan Tesla Death Ray

    BalasHapus